Sabtu, 17 November 2012

Dampak positif dan negatif home schooling





Tugas 7   
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF HOMESCHOOLING
Siti Choirunnisa Arofaeni
27112046

UNIVERSITAS GUNADARMA





Abstraksi
Homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing.
Kemunculan Homeschooling atau home education yang ditulis oleh Mary Griffith dalam buku berjudul “The Unschooling handbook, how to use the whole world as your child’s classroom”, sekolah—rumah tidak menjadi sebuah gerakan sampai tahun 1970-an, saat pendidik bernama John Holt , mulai mengenalkan konsep sekolah-rumah pada publik. Holt yakin bahwa reformasi pendidikan yang terpusat pada anak-anak, yang dia percaya diperlukan, tidak akan- bahkan tidak bisa- terjadi di di dalam pemprograman wajib belajar di sekolah formal-konvensional.
Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.

Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Homeshooling memilki kekurangan juga seperti kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.





Bab 1
Pendahuluan

1.1            Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang penting dalam hidup ini. Dengan pendidikan kita bisa balajar banyak hal. Kita dapat melakukan kreatifitas-kreatifitas. Kita juga dapat mencetak sebuah pribadi yang cerdas, mandiri, dan berwawasan. Hidup kita akan menjadi gelap tanpa ada pendidikan. Hidup tanpa pendidikan membuat seseorang tidak mengerti makna hidup, tidak mengerti tujuan hidup, dan buta akan segalanya.
Kleis (1974) berpendapat sebagai berikut.
Pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan ligkunganya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (defelopment) bagi kehidupan seorang atau kelompok dalam lingkunganya.
Sehingga pendidikan adalah sebuah pengalaman yang mampu membuat kita mengerti tentang beberapa hal. Pedidikan membuat kita belajar tentang banyak hal yang ada di lingkungan sekita kita. Pendidikan juga mampu menambah pengalaman hidup kita. Sehingga kita mampu memaknai setiap peristiwa yang ada di sekitar kita.
Kini kita telah mengetahui ada banyak alternatif pendidikan untuk anak. Mulai dari pendidikan yang formal, non-formal, hingga informal. Sehingga membuat sebagian orang tua bingung dalam memilih jalur pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orang tua tentu menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi seorang anak yang mampu memiliki pengetahuan yang bermanfaat. Mereka juga akan memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka.

1.2            Bahasan Masalah
● Pengertian homeschooling
● Sejarah homeschooling
● Dampak positif dan negatif homeschooling






Bab 2
Pembahasan

2.1 Pengertian homeschooling
Homeschooling  kadang disebut pula dengan istilah home education atau home-based learning. Secara resmi Depdiknas menggunakan istilah “sekolah rumah” atau “sekolah mandiri”. Homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing. Homeschooling ini sendiri pertama berkembang di Amrika Serikat dan beberapa negara di Eropa. Baru kemudian menjadi tren di Indonesia tahun-tahun belakangan ini.
Namun sebenarnya kalau kita melihat sejarah pada masa Nabi Muhammad saw, metode homeschooling ini telah ada. Bagaimana Nabi saw dan para sahabat-sahabatnya mendidik keluarga mereka sendiri. Setelah para sahabat mendapatkan ilmu dari dari Nabi saw, kemudian mereka menyampaikannya kepada istri dan anak-anak mereka. Oleh karena itu tidak heran kalau beliau pernah bersabda yang intinya, bahwa tidaklah seorang anak itu lahir ke dunia kecuali dalam keadaan fitrah (beragama Islam), tapi bagaimana kemudian ia menjadi orang Nasrani, Yahhudi, ataupun yang lainnya adalah karena kedua orang tuannya. Di sini jelas orang tua memegang perang yang amat vital dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya.

2.2 Sejarah homeschooling
Memiliki sejarah kemunculan Homeschooling atau home education yang ditulis oleh Mary Griffith dalam buku berjudul “The Unschooling handbook, how to use the whole world as your child’s classroom”, sekolah—rumah tidak menjadi sebuah gerakan sampai tahun 1970-an, saat pendidik bernama John Holt , mulai mengenalkan konsep sekolah-rumah pada publik. Holt yakin bahwa reformasi pendidikan yang terpusat pada anak-anak, yang dia percaya diperlukan, tidak akan- bahkan tidak bisa- terjadi di di dalam pemprograman wajib belajar di sekolah formal-konvensional.
Pada tahun 1977, Holt mulai mempublikasikan buletin berita yang dia namai “Growing Without Schooling”(tumbuh tanpa sekolah) untuk keluarga-keluarga yang mempunyai ide-ide untuk membantu anak-anak mereka belajar di luar sekolah.
Ide-ide Holt mempengaruhi banyak orang tua yang beraliran Puritan yang menganggap bahwa sekolah–sekolah formal di Amerika saat itu telah gagal mencetak siswa yang mempunyai kemandirian dalam belajar dan cenderung bobrok dalam moralitas. Menurut beberapa sumber diperkirakan di Amerika Serikat sekarang ini ada 1,5 juta sampai 2 juta anak yang bersekolah di rumah . Jumlah yang cukup besar tersebut merupakan data resmi jumlah sisiwa yang mengikuti kurikulum untuk bersekolah di rumah, karena para orang tua ingin agar sistem pendidikan mempunyai konsep dan visi yang jelas.
Di negeri kita konsep sekolah rumah sudah diterapkan lama oleh sebagian kecil masyarakat kita. Tengok saja di pondok-pondok pesantren para Kiai secara khusus telah mendidik anak-anaknya sendiri karena merasa lebih mengena dan puas bisa mengajarkan ilmu pada putra sendiri daripada sekadar mempercayakan pada orang lain.
Tokoh-tokoh terkenal seperti KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantoro atau Buya Hamka juga mengembangkan cara belajar dengan sistem persekolahan di rumah ini. Metode ini dijalankan bukan sekedar agar anak didik lulus ujian kemudian mendapatkan ijazah, namun agar lebih mencintai dan punya semangat yang tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dipelajari.
Bagi keluarga-keluarga yang telah menerapkan konsep ini, pendidikan yang mereka jalani adalah pendidikan yang penuh pemikiran, permainan bebas dan eksplorasi. Ini melepaskan kekakuan kalimat yang sering diucapkan guru di kelas seperti “Kalian seharusnya..”, “Kalian sebaiknya..” atau “Anak-anak, Pelajaran kita hari ini adalah..”. Kenapa demikian? Karena Homeschooling pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada masalah sikap dan pendekatan belajar yang lebih mandiri. Di Homeschooling pembelajar bisa memilih materi pelajaran apa yang mau dikaji tiap harinya sesuai dengan minatnya. Sederhananya sekolah-rumah menempatkan wewenang di tangan si pembelajar.

2.3 Pengaruh homeshooling
Dampak positif
Dweehan (2009) mengemukakan tentang kelebihan homeschooling sebagai berikut.
  • Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
  • Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah
  • Terlindungi dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
  • Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
  • Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
  • Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
  • Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
  • Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
  • Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya
Dampak negatif
Selain memiliki kelebihan, homeschooling juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.







Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Beberapa keuntungan dari homeschooling antara lain adalah anak memiliki kepribadian yang kuat, pembelajaran dapat disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum yang berlaku pada sekolah formal pada umumnya, lebih memiliki kemampuan dalam kehidupan nyata karena anak belajar dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung dari pergaulan bebas, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya, dan terhindar dari penyelewengan yang ada di sekolah formal seperti mafia peradilan.
Namun selain memiliki keuntungan, homeschooling juga memiliki kerugian. Diantaranya adalah anak kurang bisa bekerja sama dengan orang lain sehingga susah apabila anak dihadapkan pada situasi yang membutuhkan kerja sama, anak kurang memiliki pergaulan karena anak hanya berinteraksi dengan sebagian orang saja dan anak juga belajar secara individu, anak homeschooling biasanya cenderung manja karena anak homeschooling ini memiliki perlindungan yang lebih dari orang tua mereka. Sehingga terkadang anak homeschooling kurang mampu dalam menghadapi masalah yang tidak pernah diduga olehnya.
3.2 Saran
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini termasuk jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada saya dan pembaca pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
 
http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/home-schooling-sebagai-pendidikan_11.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar